PERNIKAHAN RASULULLOH YANG MULIA

on Kamis, 12 Februari 2015
Sayyidah khotijah adalah seorang janda pengusaha, beliau sering mengirim kepercaya'annya untuk membawa barang dagangannya ke syam.
Nabi muhammad saw sebelum bekerja kepada sayyidah khotijah, beliau mengembala kambingnya orang2 mekkah, karena ketekunan, kejujuran dan amanahnya nabi muhammad saw, sang paman menawarkan bekerja kepada sayyidah khotijah untuk membawa barang2 daganganya ke negeri syam.
Sayyidah khotijah sering mendengar tentang kejujuran dan amanahnya nabi muhammad saw, ketika nabi muhmmad saw ingin bekerja kepadanya, sayyidah khotijah langsung memberi barang2 dagangan dan seorang budak kepercaya'annya yang bernama maysaroh, untuk menemani nabi muhammad saw ke syam.
Nabi muhammad saw kembali dari syam lebih awal, tidak seperti orang2 biasanya, barang yang di bawa nabi muhammad saw laku semua, dan mendapat untung yang banyak, kemudian sayyidah khotijah menanyakan tentang nabi muhammad saw kepada maysaroh. Lalu maysaroh menceritakan kejujuran dan amanahnya nabi muhammad saw serta keberkahan selama perjalanan, selama di perjalan beliau selalu di naungi awan. Sayyidah khotijah tambah percaya kejujuran dan amanahnya nabi muhammad saw. Dari situlah bibit2 cinta sayyidah khotijah kepada nabi muhammad saw tumbuh.
Kemudia sayyidah khotijah, menyuruh nafisah binti muniyah untuk menyampaikan keinginannya menikah dengan nabi muhammad, nabi muhammad menyetujuinya, lantas di sampaikan hal itu oleh nabi muhammad saw kepada pamanya (abu tholib)
Abu tholib membawa 10 orang laki2 dari sukunya ke rumah amr bin asad (paman sayyidah khotijah) untuk mengkhitbah sayyidah khotijah.
Kemudian menikahlah sayyidah khotijah yang berumur 40 thn, dgn sayyiduna muhammad saw yg berumur 25 thn, dengan mahar 20 onta (kalau d yaman 1 onta harga 15 juta, kalau 20 onta berarti 300 juta).

Kesan pertama dari pernikahn nabi muhammad saw dengan sayyidah khitijah bukan karena faktor jasadiyah, seandainya nabi muhammad saw menikah karena faktor jasadiyah, sebagaimana pemuda2 seusianya, pastilah beliau mencari perempuan yang lebih muda, minimal tidak lebih tua dari beliau.
Pernikahan ini berlangsung hingga sayyidah khotijah berumur 65 thn. Sementara itu, rasululloh saw telah mendekati usia 50 thn, tanpa berpikir selama masa itu untuk menikah dengan wanita atau gadis lain, padahal usia antara 20-50 thn merupakan masa bergejolaknya keinginan atau kecenderungan untuk menambah istri karena faktor dorongan syahwat.
Akan tetapi, nabi muhammad saw telah melampaui masa tersebut tanpa pernah berpikir untuk memadu sayyidah khotijah, seandainya beliau mau, tentu beliau akan mendapatkan istri tanpa bersusah payah, menentang adat atau kebiasa'an masyarakat, terlebih lagi, beliau menikah dengan sayyidah khotijah yang berstatus janda dan lebih tua darinya.
Hakikat ini membungkam mulut dan bacot orang2 yang hatinya terbakar oleh dendam kepada islam dan kekuatan pengaruhnya. dari kalangan misionaris, orientalis dan antek-antek mereka.
Mereka mengira bahwa tema pernikahan nabi muhammad saw akan dapat dijadikan sarana empuk untuk menyerang islam dan merusak nama nabi muhammad saw, mereka membayangkan akan mampu merubah cintra nama baik baginda nabi muhammad saw di mata semua orang sebagai seorang yang maniak sek yang tenggelam dalam kenikmatan kelezatan jasadiyah.
Para misionaris dan sebagian besar orientalis adalh musuh bayaran terhadap islam yang menjadikan "pernikahan agama islam" sebagai profesi untuk mencari nafkah. Adapun murid mereka yang tertipu, kebanyakan memusuhi islam karena taqlid buta, sekedar ikut ikutan tanpa berpikir sedikitpun, apalagi mengaji permusuhan mereka (para orientalis) terhadap islam tak ubahnya seperti lencana yang digantungkan seseorang diatas dadanya sekedar supaya diketahui orang keterkaitanya dengan pihak tertentu seperti diketahui, lencana itu tidak lebih sekedar simbol. Karena itu permusuhan mereka terhadap islam tidak lain hanyalah simbol yang menjelaskan indentitas mereka kepada semua orang. Bahwa mereka bukan termasuk bagian sejarah islam, dan bahwa loyalitas mereka hanyalah sekedar lencana yang menjelaskan indentitas diri mereka di tengah kaummnya, bukan suatu hasil pemikiran untuk pengkajian dan argumentasi.
Jika tidak, tentu tema pernikahan nabi muhammad saw merupakan bukti yang dapat digunakan oleh muslim yang mengetahui agama dan shiroh nabinya untuk membantah tikaman2 musuh agama ini.
Mereka bermaksud mengambarkan rasululloh saw sebagai pemburu sex yang tenggelam kedalam kenikmatan jasadiyah, pedahal tema pernikahan rasululloh saw ini sudah cukup sebagai bukti untuk membantah tuduhan tersebut.
Seorang pemburu sex tidak akan hidup suci sampai menginjak umur 25 thn dalam suatu lingkungan arab jahiliyah seperti itu, tanpa terbawa arus kerusakan yang mengelilinginya, seorang pemburu sex tidak akan bersedia dengan seorang janda yang lebih tua darinya, kemudian hidup sekian lama tanpa melirik kepada wanita lain yang menginginkanya, sampai melewati masa remaja, kemudian masa tua, dan memasuki pasca tua.
Adapun pernikahan setelah itu dengan sayyidah aisyah kemudian dengan lainnya, maka masing2 memiliki kisah tersendiri, setiap pernikahan memiliki hikmah dan sebab yang menambahkan keimanan seorang muslim kepada keagungan baginda nabi muhammad saw dan kesempurnaan akhlaknya. Baginda nabi saw adalah panutan dan tauladan yang sempurna, beliau memberi contoh bagaiman menyikapi kalau istrinya adalah seorang anak raja, kalau istrinya adlh seorang bekas budak, kalau istrinya adlh seorang gadis ataupun janda.
Yang jelas pernikahan beliau bukan untuk memperturutkan dorongan seksual, sebab seandainya demikian, niscaya sudah dilampiaskan pada masa2 tersebut, pemuda muhammad saw belum memikirkan dakwah dan permasalahan yang dapat memalingkan dari kebutuhan nalurinya

Diambil dari fiqhu siroh nabawiyah
Karya as-syekh -al-alim al-kabir said rimadhon al-buithy